Please wait...
Bagi sebagian masyarakat khususnya di Pulau Jawa yang sering melakukan perjalanan ziarah, tentunya sudah sangat familiar dengan keberadaan makam keramat yang salah satunya adalah makam Syech Pandan Jati. Selain itu, ada pula makam Mbah Bantarbolang dan muridnya, yaitu Ki Palintaran. Mbah Bantarbolang sendiri diyakini sebagai leluhur masyarakat di daerah tersebut. Selain makam Mbah Bantarbolang, Makam Syeh Pandan Jati sendiri menjadi yang paling ramai diziarahi karena keyakinan masyarakat bahwa selain sakti, Ki Pandan Jati juga merupakan salah satu penyebar Islam di daerah tersebut. Syech Pandan Jati diyakini sebagai salah satu Waliyullah yang pernah menjalankan syiar Islam semasa hidupnya. Dalam sejarahnya, Ki Pandan Jati sendiri adalah seorang tokoh atau pembesar Kerajaan Mataram yang mengasingkan diri ke daerah barat tepatnya di kawasan hutan Bantarbolang. Ki Pandanjati mengasingkan diri karena ia dituduh melakukan korupsi dan dihukum seumur hidup. Saat berada di tengah hutan itulah Ki Pandan Jati lantas bertemu dengan Mbah Bantarbolang, seorang petapa sakti nan mumpuni. Karena merasa iba dan tersentuh oleh kebaikannya, Mbah Bantarbolang lantas mengizinkan Ki Pandan Jati untuk tinggal dirumahnya. Sambil berurai air mata, Ki Pandan Jati pun mulai menceritakan kisah hidupnya yang sedang didera fitnah. Sejak itu, Mbah Bantarbolang pun merasa semakin yakin kalau Pandan Jati adalah orang yang baik hati. Ki Pandan Jati kemudian diangkat menjadi murid dan digembleng dengan bermacam ilmu kanuragan dan juga budi pekerti. Bersama murid Mbah Bantarbolang yang lain yaitu Ki Palintaran, Ki Pandan Jati lantas menjelma menjadi pribadi yang sangat tangguh secara lahir dan batin. Dalam persepsi budaya masyarakat Jawa, Ki Pandan Jati diyakini sebagai sosok linuwih yang waskita dan mumpuni. Bersama Ki Palintaran yang sudah lebih dulu berguru, Ki Pandanjati menjadi murid kesayangan Mbah Bantarbolang dan mewarisi semua ilmu kedigdayaan dari gurunya tersebut. Palintaran dan Pandan Jati adalah dua pendekar sakti dan berbudi luhur. Karena laku spiritual dan olah kebatinannya, Ki Pandan Jati dan Ki Palintaran menjadi orang sakti yang weruh sedurunge winara atau mampu menerawang sebuah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Merasa semakin rapuh karena termakan usia, Mbah Bantarbolang lantas bermaksud mencari penerusnya. Namun karena Ki Pandan Jati dan Ki Palintaran sama-sama mumpuni, Mbah Bantarbolang pun merasa bingung untuk memilih. Mbah Bantarbolang lalu menguji kedua muridnya tersebut untuk mengetahui siapa yang paling layak menjadi pemimpin di padepokannya kelak. Ia pun meninggalkan padepokan secara sembunyi-sembunyi dan memberikan kesempatan kepada Ki Pandanjati dan Ki Palintaran untuk memimpin dan memberi pengajaran kepada murid-muridnya yang lain. Ditinggalkan sang mahaguru, seluruh murid Mbah Bantarbolang merasa kehilangan. Ki Pandan Jati dan Ki Palintaran lalu berusaha untuk menemukannya. Karena memiliki mata batin yang lebih tajam, akhirnya Ki Pandan Jati mampu menemukan gurunya tersebut. Saat keduanya bertemu, Mbah Bantarbolang enggan untuk kembali menjadi guru dan meminta Ki Pandanjati untuk memimpin padepokannya. Ki Pandanjati lantas menuruti kemauan Mbah Bantarbolang dengan menjadi guru dan memimpin padepokan tersebut hingga akhir hayatnya. Hingga kini makam Mbah Bantarbolang dan kedua muridnya yang relatif berdekatan ini selalu ramai diziarahi. Namun karena diyakini sebagai salah satu tokoh Mataram yang pernah mensyiarkan Islam di daerah tersebut, makam Syech Pandan Jati menjadi yang paling ramai diziarahi. Ketiganya dimakamkan di tanah perbukitan yang dibawahnya mengalir sebuah sungai. Secara khusus, pemerintah dan masyarakat Bantarbolang selalu memperingati acara Wungon yang sudah menjadi tradisi turun temurun dan diperingati setiap malam 17 Agustus atau persis menjelang hari proklamasi kemerdekaan RI. Dalam prosesi Wungon tersebut, tokoh masyarakat setempat akan membacakan sejarah makam Syech Pandan Jati tersebut. Sebagian menyebutkan makam Syech Pandan Jati di Bantarbolang ini hanya sebuah petilasan. Sebuah riwayat menyebutkan, Ki Pandan Jati lantas berkelana ke arah selatan untuk mensyiarkan Islam hingga akhirnya kembali ke Mataram. Ki Pandan Jati kembali dan diterima di Mataram setelah tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya tidak terbukti. Terlepas dari itu, Makam Syech Pandan Jati merupakan sebuah situs budaya-religius yang memiliki nilai-nilai luhur dan patut diteladani. Terlepas dari apapun niat hati para peziarah, makam Syech Pandan Jati tetap menjadi legenda dan kearifan lokal bagi masyarakat Bantarbolang.