Please wait...
Ada cerita legenda tentang curug maratangga ini, seperti yang dituturkan oleh Juru kunci Curug Maratangga yang biasa disebut mbah Maratangga. Pada jaman dahulu ada seorang nenek yang disebut si nini (yang untuk sebutan curug Sinini, curug yang terletak letaknya di bawah curug maratangga), nenek tua ini mempunyai tetangga seorang ronggeng (si rongge) letaknya di atas curug maratangga yaitu candi sirongge (di tandai adanya makam). Nyai onggeng tersebut mempunyai alat musik seperangkat gamelan, yang biasa di pinjam masarakat sekitar. Pada suatu ketika gamelan tersebut di pinjam seseorang dasri dari Kalijambu, kecamatan Bojong, kabupaten Tegal. Setelah selesai acara Dasri mengembalikan peralatan gamelan tersebut, akan tetapi ada salah satu alat musik berupa kendang yang hilang. Karena yang mengetahui seluk beluk gamelan Nyi Ronggeng adalah si nenek (si nini) maka Si nini menceritaka ke Nyi Ronggeng bahwa kendang belum dikembalikan, tetapi disembunyikan oleh Darsi di bawah bantalnya. Mendengar informasi Si Nini, akhirnya Nyi Ronggeng dan Si Nini mendatangi orang kalijambu dan menanyakan hal tersebut. Dasri tidak mau mengaku, akhirnya Ronggeng mengutuk Darsi, bahwa sekaya apapun dia akan suka mengambil harta milik orang lain, Setelah Nyai Ronggeng pulang, kendang tersebut berubah menjadi ular yang bentuknya seperti kendang. Akhirnya Darsi berinisiatif mengembalikan kendang yang menjelma menjadi ular tersebut, akan tetapi karena jaraknya jauh dan banyak orang yang tahu akhirnya ular tersebut tidak dapat berubah menjadi kendang kembali. Menurut mitos yang di yakini oleh masyarakat di daerah tersebut, ular tersebut masih ada sampai sekarang, dan bertamunya si nini ke nyai ronggeng makanya curug tersebut dinamakan curug maratangga ( mara = mendatangi, tangga = tetangga) dan atas hilangnya gamelan maka tempat tersebut dinama Dusun Gemilag (Gamelang Ilang).